7

Anak santri yg sukses bermain musik

Jangan pernah menganggap remeh orang, karena bisa jadi dia akan lebih hebat dari anda. Kata itu tepat untuk menggambarkan keberhasilan Wali Band di belantikan musik Indonesia. Sebelum sukses, mereka adalah ank kos yang hidup apa adanya di kawasan Ciputat, dekat Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dulu mereka dihina, tapi sekarang dipuja oleh jutaan orang.Personil Wali Band pun tak bisa melupakan masa lalunya itu. Karena itu, di sela kesibukannya show di berbagai daerah, kesempatan kumpul dengan teman-temannya juga tetap ada. Mungkin hanya sekedar ngopi atau makan bersama, tapi hal itu sangat penting untuk menjaga komunikasi sesame teman dekat. Jangan sampai muncul kesan, personil Wali Band sombong setelah sukses.

Muhammad Nu’man (Nunu), mengatakan, kesempatan untuk kumpul dengan teman-teman dekatnya, terutama sesama mahasiswa UIN memang jadi berkurang banyak, setelah jadwal show Wali Band mulai padat. Namun, sekecil apapun waktu itu, katanya, tetap diupayakan.”Kalau ada waktu senggang, ya kumpul sama-sama teman-teman sambil ngopi. Memang tak bisa seperti dulu,” kata Nunu dalam obrolannya dengan duta.
Namun, Nunu merasa bersyukur, kesuksesannya bersama Wali Band membuatnya punya cukup uang saat kumpul dengan teman-temannya. Paling tidak, kata Nunu, ia sekarang bisa menanggung semua biaya, jika ingin sekedar makan atau minum kopi bareng.”Ya lumayan lah, sekarang ini ada uang untuk ngopi sama teman-temannya,” tutur pemuda yang pernah menjadi santri di pondok Tebuireng selama 6 tahun ini.
Suatu yang lebih disyukuri olehnya, yaitu bisa membantu kedua orang tua dan keluarganya di Sidoarjo. Saat kuliah, dulunya ia sering merepotkan orang tua karena selalu minta kiriman uang.”Patut saya syukuri, saya sekarang bisa membantu orang tua di rumah,” kata anak kedua dari dua bersaudara ini.
Nunu lahir dari keluarga yang memang teguh ajaran Islam ala Nahdlatul Ulama (NU). Karena itu, kedua orang tuanya mengarahkannya untuk nyantri di Tebuireng Jombang, pesantren tua hingga kini selalu lekat dengan NU. Maklum, pendiri pondok pesantren tersebut, KH Hasyim As’ari adalah pendiri NU.”Orang tua saya NU nyel (tulen). Ya seperti orang Lamongan lah,” cerita Nunu soal kondisi keluarganya.
Keluarga Nunu bukan dari keluarga orang top. Ayahnya setiap harinya berangkat ke tambak, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa yang kebetulan punya took sebagai sumber ekonomi.”Orang tuaku orang biasa Cak. Ayah petani tambak. Ibu pedagang, ada toko di rumah,” katanya.
Karena keluarganya yang NU dan orang biasa itu pula, Nunu sama sekali tak pernah bercerita soal hobinya bermain musik kepada kedua orang. Sesekali dia hanya bercerita ke kakak perempuanya.”Orang tua sama sekali gak ngerti kalau saya main musik. Yang tahu paling Mbak Yu (kakak), karena saya kadang curhat,” jelasnya.
Apa ada rasa takut? Menurut Nunu, jika bercerita banyak sebelum sejak awal, kemungkinannya bisa didukung atau dilarang bermusik.”Jadi kalau saya dapat kiriman uang, kalau ada sisa ya kadang saya belikan sound system atau alat musik. Itu tanpa sepengetahuan orang tua,” katanya.
Orang tua Nunu baru tahu anaknya bermain musik setelah Wali mulai terkenal dengan album Orang Bilang dengan album andalan Dik. Saat itu, Wali sudah mulai tampil pada acara musik di stasiun televisi nasional.”Orang tua tahunya saya main musik setelah Wali mengeluarkan album dan nongol di TV. Jadi, tahunya justru dari TV,” tutur Nunu.
Pada saat itu, kata Nunu, kedua orang tua dan semua keluarganya yang tinggal di Jl Mujaer, Desa Banjar Kemuning, Sedati, Sidoarjo terkejut ketika melihatnya tampil di TV. Antara percaya dan tidak, Nunu yang santri bisa nongol di TV bersama kawan-kawanya di Wali Band.”Kata orang tua saya, iku anakku bener opo ora (itubenar anakku atau tidak). Anakku kok bisa masuk TV,” kisahnya.
Nunu merasa bersyukur, kini orang tua dan semua keluarganya mendukung karirnya di musik. Bahkan, Nunu kini menjadi kebanggaan keluarga. Cermin orang ndeso yang mampu bersaing dalam kerasnya persaingan dunia musik Indonesia.”Alhamdulillah, kini semua mendukung, dan bangga,” katanya.
Kini dukungan juga dating dari teman-teman Nunu di Sidoarjo dan di Tebuirang Jombang. Bahkan, kata Nunu, saat Wali Band sudah mulai manggung di berbagai daerah dan disiarkan langsung oleh televisi, teman-temannya saat nyantri di Tebuirang sempat menelponnya.
Dukungan itu tak hanya dari kalangan santri, ada pula keluarga pondok yang menelponnya.”Ya banyak yang kaget. Konco-konco Tebuireng juga nelpon, kasih ucapan selamat dan mendukung. Cak Dhowi (Ahmad Baidhowi) dari keluarga pondok juga nelpon. Ngono iku Cak ceritane (begitu itu ceritanya),” kenang Nunu yang kadang menyempatan diri pulang kampung halaman jika show di Jatim.
Kini, bersama Farhan alias Faank (vokalis) dan Aan Kurnia alias Apoy (gitaris), jebolan ponpes La Tansa, Pandegelang Banten, Ihsan Bustomi alias Tomi (dram), lulusan ponpes Al Fatah Lampung, Muhammad Nuam alias Nunu (Bass) alumni ponpes Tebuireng Jombang, dan Hamzah Shopi alias Ovie (keybord), lulusan ponpes Al Hikmah Annajiyah Bogor, Nunu ingin terus berkarya melalui musik.
Album kedua pun kini sudah disiapkan. Akhir Maret ini, penggarapan album itu dijadwalkan selesai. Dan kalau tidak ada aral melintang, April mendatang album kedua itu akan diluncurkan. Ia pun berharap album kedua Wali Band kembali sukses. Jika diberi kemudahan, Nunu bercita-cita ingin memberangkatkan kedua orang tuanya umroh atau haji ke tanah suci Mekkah.”Kami berharap dukungan dan doa restu semuanya,” pungkasnya
1

Album Cari Jodoh

Album kedua Wali Band yang bejudul "Cari Jodoh" pada tahun 2009. Lagu Cari Jodoh datang dari curhatan para sahabat. Sehingga, membuatnya tertarik untuk menghadirkan karya yang memang disukai banyak orang dan dihadirkan lewat sentuhan hati dan kejujuran. Tembang Cari Jodoh juga sempat masuk dalam kompilasi SCTV by Request.
Semenjak berhasil bikin "sengatan" di scene musik lokal, band yang kini dimotori oleh Faank (vokal), Apoy (gitar), Ovie (keyboard/synth) dan Tomi (drum), semakin pandai dalam meracik kumpulan nada-nada menjadi terdengar lebih harmonis. Buktinya, di album keduanya ini sejumlah single, "seperti Baik-Baik Sayang", "Yank", "Kekasih Halal", "Puaskah" hingga "Jodi" (Jomblo Ditinggal Mati) hadir dalam lirik dan aransemen yang jujur, jelas, dan easy listening.Hampir semua lagu-lagu Wali di album ini mewakili kejadian, perasaan, kondisi seseorang, dan segala sesuatu yang sering dialami banyak orang, Karena memang sejak awal, lagu-lagu Wali ingin nya dapat mewakili perasaan setiap orang.




Seperti misalnya lagu Baik-Baik Sayang. Lagu itu sebuah jawaban keseharian orang terhadap teman atau pacarnya untuk menenangkan hati. Kalo Kekasih Halal, tentang harapan seorang cowok mendapat kekasih yang sesuai dengan perasaannya. Sedikit berkhayal sih. Yang heboh mungkin Jodi. Lagu ini tentang kesetiaan. Liriknya agak-agak memprihatinkan karena ditinggal kekasih. Tapi bagaimana caranya harus terdengar bahagia ditengah kesedihan.


Semenjak mendapat respon yang luar biasa, Wali dianggap berhasil menancapkan karirnya di scene musik lokal. Terbukti, empat single yang diluncurkan di album Orang Bilang, yaitu Dik, Egokah Aku, Emang Dasar & Aku sakit berhasil memikat banyak orangnya. Terbukti, angka aktivasi Ring Back Tone (RBT) tembus hingga 4 juta download lebih. Hasil ini tentunya menjadi sebuah prestasi yang nggak bisa dipandang remeh.
Dan ditahun 2010, Wali meraih kesuksesan besar. Kesuksesan lagu Cari Jodoh yang dibawakan band Wali telah melanglang buana di belahan Eropa dan mendapat perhatian dari pecinta musik di sana. Lagu Cari Jodoh, yang versi Inggrisnya berjudul "I no can do", dilantunkan penyanyi Fabrizio Faniello. Menyusul berikutnya, lagu Baik Baik Sayang dari album kedua Wali dengan TOP download kurang lebih 26 juta downloader dan meraih rekor MURI dunia sudah dialihbahasakan dan kembali dinyanyikan juga Fabrizio dengan judul "My heart is asking you". Kesuksesan lagu baik-baik sayang diangkat ke layar lebar berjudul sama dengan lagunya, "Baik-baik Sayang". Film ini berlatar belakang cerita di lingkungan pesantren. Para personel Wali, Faank (vokal), Apoy (gitar), Tomie (drum), Ovie (keyboard) berperan sebagai dirinya sendiri.


0

Album Realigi

Pada tahun 2009 WALI Band juga meluncurkan sebuah album bertema religi dengan judul album "Ingat Sholawat". Dengan lagu andalan nya "Mari Sholawat", yang mengambil nafas dari lagu Sholawatan tapi diramu dengan sentuhan pop yang ringan, walaupun ada sedikit sound rock di dalamnya. Dan tetap saja terdapat sentuhan nuansa etnis serta memasukkan lirik jenaka, sehingga lagu ini bisa diterima dengan mudah tapi dengan pesan yang cukup kuat.




Bahkan di album ini, mereka juga meluncurkan idiom-idiom baru, yang juga mempunyai makna dan pesan yang kuat. Seperti tampak di lagu lainnya yang berjudul "Tomat (Tobat Maksiat)". Lagu tersebut juga dipakai untuk soundtrack sinetron "Islam KTP"" di SCTV yang membuat lagu ini semakin disukai dan pesan yang ada di dalam lagu ini semakin mengena dihati masyarakat.

Pengunjung

free counters

Buku Tamu